Puisi Bahasa Bali Tentang Pulau Bali
Perasaan yang TertundaKarya : Dana SaputraRembulan sudah mulai membutuhkan balasan atas sapaannya, rintik hujan kemarin mengalirindah di daun menyisakan kesyahduan untuk semua yang kualami hari ini. Memang terlalupanas untuk disebut pagi, bisakah diriku melewati hari ini? Tak sabar kumenantinya."Hai, Anna!" begitulah orang-orang memanggilku, seorang wanita berparas imut berumur 15tahun dengan kulit kuning dan rambut hitam yang selalu terkuncir. Hidup di kota metropolitanmemang sangat menyusahkan. Ada satu hal yang bisa memudahkan hal itu, puisi jawabannya.Membuat puisi memang hal yang menyenangkan, selain sebagai rutinitas diriku melakukan haltersebut karena sebuah pekerjaan."Kriiing!" suara HandPhone ku berbunyi, pertanda ada telefon yangmasuk."Halo, dengan saya Andrianna," ucapku mengawali percakapan."Iya, bapak sudah tahu, bapak hanya ingin memberitahu saja kalau besok kamu haruspergi ke Bali, kamu masih ingat kan dengan lomba itu?" tanya Pak Sulaiman dengan nada khasmiliknya."Iya, Pak, saya masih ingat kok, besok saya pasti sudah siap," ucapku dengan yakin.Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, aku sudah bersiap untuk pergi ke Bali, pulau yang selalukudambakan, bukan karena keindahannya, namun karena kompetisinya. Aku telah sampai diSMP Negeri 10 Denpasar untuk mengikuti lomba yang bahkan aku tak tau nama acaranya.Sekolahnya begitu megah, kursi dan meja tertata rapi diiringi hawa sejuk menambah semangatdalam belajar."Anna, kamu sudah membawa teks puisimu, bukan?" tanya Pak Sulaiman sebagaipembinaku"Iya, Pak, teks nya sudah ada disini" jawabku sembari mencari di sela-sela tumpukankertas dalam tas coklat milikkuSudah lima menit sejak terakhir kali aku berusaha mencarinya, namun teks itu entah hilangpergi kemana, aku berusaha untuk tidak cemas dan mengingat-ingat kembali. Aku baru sadarsetelah sepuluh menit aku berusaha mengingat. Sebelum aku pergi menemui Pak Sulaiman,toilet adalah hal yang kudatangi, apakah teks ku tertinggal di dalam toilet? Aku harusmencarinya.Aku berlari ke arah toilet yang cukup jauh dari tempat dimana aku menemui Pak Sulaiman"BRAKK!!" suara yang kutimbulkan akibat diriku menabrak seseorang. Ia seorang pria,memiliki kulit kuning seperti anggota boyband korea, rambutnya pun modis, memakai dasiberwarna biru menambah kesan maskulinnya.."Maaf, aku kesini untuk mencari teks puisiku, apakah kau melihatnya?" tanyaku."Apakah yang kau maksud adalah teks ini, aku menemukannya di atas meja panitia,"tentukan orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusitolong segera dibantu buat besok soalnya guruku bahasa Indonesia galak"Cerpen diatas masih ada terusannya"
1. Perasaan yang TertundaKarya : Dana SaputraRembulan sudah mulai membutuhkan balasan atas sapaannya, rintik hujan kemarin mengalirindah di daun menyisakan kesyahduan untuk semua yang kualami hari ini. Memang terlalupanas untuk disebut pagi, bisakah diriku melewati hari ini? Tak sabar kumenantinya."Hai, Anna!" begitulah orang-orang memanggilku, seorang wanita berparas imut berumur 15tahun dengan kulit kuning dan rambut hitam yang selalu terkuncir. Hidup di kota metropolitanmemang sangat menyusahkan. Ada satu hal yang bisa memudahkan hal itu, puisi jawabannya.Membuat puisi memang hal yang menyenangkan, selain sebagai rutinitas diriku melakukan haltersebut karena sebuah pekerjaan."Kriiing!" suara HandPhone ku berbunyi, pertanda ada telefon yangmasuk."Halo, dengan saya Andrianna," ucapku mengawali percakapan."Iya, bapak sudah tahu, bapak hanya ingin memberitahu saja kalau besok kamu haruspergi ke Bali, kamu masih ingat kan dengan lomba itu?" tanya Pak Sulaiman dengan nada khasmiliknya."Iya, Pak, saya masih ingat kok, besok saya pasti sudah siap," ucapku dengan yakin.Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, aku sudah bersiap untuk pergi ke Bali, pulau yang selalukudambakan, bukan karena keindahannya, namun karena kompetisinya. Aku telah sampai diSMP Negeri 10 Denpasar untuk mengikuti lomba yang bahkan aku tak tau nama acaranya.Sekolahnya begitu megah, kursi dan meja tertata rapi diiringi hawa sejuk menambah semangatdalam belajar."Anna, kamu sudah membawa teks puisimu, bukan?" tanya Pak Sulaiman sebagaipembinaku"Iya, Pak, teks nya sudah ada disini" jawabku sembari mencari di sela-sela tumpukankertas dalam tas coklat milikkuSudah lima menit sejak terakhir kali aku berusaha mencarinya, namun teks itu entah hilangpergi kemana, aku berusaha untuk tidak cemas dan mengingat-ingat kembali. Aku baru sadarsetelah sepuluh menit aku berusaha mengingat. Sebelum aku pergi menemui Pak Sulaiman,toilet adalah hal yang kudatangi, apakah teks ku tertinggal di dalam toilet? Aku harusmencarinya.Aku berlari ke arah toilet yang cukup jauh dari tempat dimana aku menemui Pak Sulaiman"BRAKK!!" suara yang kutimbulkan akibat diriku menabrak seseorang. Ia seorang pria,memiliki kulit kuning seperti anggota boyband korea, rambutnya pun modis, memakai dasiberwarna biru menambah kesan maskulinnya.."Maaf, aku kesini untuk mencari teks puisiku, apakah kau melihatnya?" tanyaku."Apakah yang kau maksud adalah teks ini, aku menemukannya di atas meja panitia,"tentukan orientasi, rangkaian peristiwa, komplikasi, resolusitolong segera dibantu buat besok soalnya guruku bahasa Indonesia galak"Cerpen diatas masih ada terusannya"
Jawaban:
cerpen yaitu cerita pendek
Penjelasan:
semoga membantu
Jawaban:
"Rembulan sudah mulai membutuhkan balasan atas sapaannya, rintik hujan kemarin mengalirindah di daun menyisakan kesyahduan untuk semua yang kualami hari ini. Memang terlalupanas untuk disebut pagi, bisakah diriku melewati hari ini? Tak sabar kumenantinya" orientasi"Hai, Anna!" begitulah orang-orang memanggilku, seorang wanita berparas imut berumur 15tahun dengan kulit kuning dan rambut hitam yang selalu terkuncir. Hidup di kota metropolitanmemang sangat menyusahkan. Ada satu hal yang bisa memudahkan hal itu, puisi jawabannya.Membuat puisi memang hal yang menyenangkan, selain sebagai rutinitas diriku melakukan hal"orientasi*Anna, kamu sudah membawa teks puisimu, bukan?" tanya Pak Sulaiman sebagai
*Anna, kamu sudah membawa teks puisimu, bukan?" tanya Pak Sulaiman sebagaipembinaku
*Anna, kamu sudah membawa teks puisimu, bukan?" tanya Pak Sulaiman sebagaipembinaku"Iya, Pak, teks nya sudah ada disini" jawabku sembari mencari di sela-sela tumpukan
*Anna, kamu sudah membawa teks puisimu, bukan?" tanya Pak Sulaiman sebagaipembinaku"Iya, Pak, teks nya sudah ada disini" jawabku sembari mencari di sela-sela tumpukankertas dalam tas coklat milikku
*Anna, kamu sudah membawa teks puisimu, bukan?" tanya Pak Sulaiman sebagaipembinaku"Iya, Pak, teks nya sudah ada disini" jawabku sembari mencari di sela-sela tumpukankertas dalam tas coklat milikkuSudah lima menit sejak terakhir kali aku berusaha mencarinya, namun teks itu entah hilang
*Anna, kamu sudah membawa teks puisimu, bukan?" tanya Pak Sulaiman sebagaipembinaku"Iya, Pak, teks nya sudah ada disini" jawabku sembari mencari di sela-sela tumpukankertas dalam tas coklat milikkuSudah lima menit sejak terakhir kali aku berusaha mencarinya, namun teks itu entah hilangpergi kemana, aku berusaha untuk tidak cemas dan mengingat-ingat kembali. Aku baru sadar
*Anna, kamu sudah membawa teks puisimu, bukan?" tanya Pak Sulaiman sebagaipembinaku"Iya, Pak, teks nya sudah ada disini" jawabku sembari mencari di sela-sela tumpukankertas dalam tas coklat milikkuSudah lima menit sejak terakhir kali aku berusaha mencarinya, namun teks itu entah hilangpergi kemana, aku berusaha untuk tidak cemas dan mengingat-ingat kembali. Aku baru sadarsetelah sepuluh menit aku berusaha mengingat. Sebelum aku pergi menemui Pak Sulaiman,
*Anna, kamu sudah membawa teks puisimu, bukan?" tanya Pak Sulaiman sebagaipembinaku"Iya, Pak, teks nya sudah ada disini" jawabku sembari mencari di sela-sela tumpukankertas dalam tas coklat milikkuSudah lima menit sejak terakhir kali aku berusaha mencarinya, namun teks itu entah hilangpergi kemana, aku berusaha untuk tidak cemas dan mengingat-ingat kembali. Aku baru sadarsetelah sepuluh menit aku berusaha mengingat. Sebelum aku pergi menemui Pak Sulaiman,toilet adalah hal yang kudatangi, apakah teks ku tertinggal di dalam toilet? Aku harus
*Anna, kamu sudah membawa teks puisimu, bukan?" tanya Pak Sulaiman sebagaipembinaku"Iya, Pak, teks nya sudah ada disini" jawabku sembari mencari di sela-sela tumpukankertas dalam tas coklat milikkuSudah lima menit sejak terakhir kali aku berusaha mencarinya, namun teks itu entah hilangpergi kemana, aku berusaha untuk tidak cemas dan mengingat-ingat kembali. Aku baru sadarsetelah sepuluh menit aku berusaha mengingat. Sebelum aku pergi menemui Pak Sulaiman,toilet adalah hal yang kudatangi, apakah teks ku tertinggal di dalam toilet? Aku harusmencarinya.
*Anna, kamu sudah membawa teks puisimu, bukan?" tanya Pak Sulaiman sebagaipembinaku"Iya, Pak, teks nya sudah ada disini" jawabku sembari mencari di sela-sela tumpukankertas dalam tas coklat milikkuSudah lima menit sejak terakhir kali aku berusaha mencarinya, namun teks itu entah hilangpergi kemana, aku berusaha untuk tidak cemas dan mengingat-ingat kembali. Aku baru sadarsetelah sepuluh menit aku berusaha mengingat. Sebelum aku pergi menemui Pak Sulaiman,toilet adalah hal yang kudatangi, apakah teks ku tertinggal di dalam toilet? Aku harusmencarinya.Aku berlari ke arah toilet yang cukup jauh dari tempat dimana aku menemui Pak Sulaiman
*Anna, kamu sudah membawa teks puisimu, bukan?" tanya Pak Sulaiman sebagaipembinaku"Iya, Pak, teks nya sudah ada disini" jawabku sembari mencari di sela-sela tumpukankertas dalam tas coklat milikkuSudah lima menit sejak terakhir kali aku berusaha mencarinya, namun teks itu entah hilangpergi kemana, aku berusaha untuk tidak cemas dan mengingat-ingat kembali. Aku baru sadarsetelah sepuluh menit aku berusaha mengingat. Sebelum aku pergi menemui Pak Sulaiman,toilet adalah hal yang kudatangi, apakah teks ku tertinggal di dalam toilet? Aku harusmencarinya.Aku berlari ke arah toilet yang cukup jauh dari tempat dimana aku menemui Pak Sulaiman"BRAKK!!" suara yang kutimbulkan akibat diriku menabrak seseorang. Ia seorang pria*komplikasi
"Maaf, aku kesini untuk mencari teks puisiku, apakah kau melihatnya?" tanyaku.Maaf, aku kesini untuk mencari teks puisiku, apakah kau melihatnya?" tanyaku."Apakah yang kau maksud adalah teks ini, aku menemukannya di atas meja panitia,"resolusi
Posting Komentar untuk "Puisi Bahasa Bali Tentang Pulau Bali"